WordPress.com News

Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Maret 2011

Dasar-Dasar Psikologis Untuk Menjaga Pertumbuhan emosi Anak-anak Puber


  Membantu kepercayaan diri pada anak puber.
Sebagaimana kita ketahui bahwa anak puber meragukan diri dan kemampuannya, dia juga meragukan kemampuan orang lain. Ini akibat rasa lemah pada dirinya dari segi ilmu pengetahuan, sosial, dan tidak adanya pemahaman yang benar  terhadap banyak posisi. Pada anak gadis mulai terlihat perubahan fisik seperti yang telah kita bicarakan sehingga ia cenderung untuk menyendiri. Pada saat itu dia mengira telah kehilangan teman-teman dan menjadi lebih besar dari mereka di tambah lagi masyarakat yang menekannya dengan ikatan-ikatan dan aturan-aturan tentang mana yang benar dan mana yang salah. Supaya dia tidak salah dan tidak terlalu kesulitan beradaptasi dengan masyarakat dalam kondisi barunya, maka dia lebih cenderung untuk mengisolasi diri. Pendidik berperan untuk memberikan anak laki-laki dan perempuan ini rasa percaya diri dan memotivasii mereka bahwa hidupnya berjalan normal, apalagi jika kita puji mereka dengan sifat-sifat tertentu yang ada pada mereka atau perilaku tertentu yang tidak merusak kepribadiannya. Saat itu mereka akan mendapatkan kembali rasa percaya dirinya.
Sarana yang dapat memberikan percaya diri pada anak puber sebagai berikut :
·         Memotivasi mereka untuk sukses di bidang akademis atau pekerjaan-pekerjaan yang mereka khawatirkan kegagalannya.
·         Menghormati pendapat mereka dan menerima bantuannya, serta memperkenalkan mereka untuk mengurus urusannya sendiri, membuat perencanaan, dan mengambil kebijakannya sendiri.
·         Mempersiapkan anak untuk melihat kesalahan-kesalahnnya, bahwa kesalahan itu terjadi akibat langkah-langkah positif yang dia lakukan. Dan bahwa kesalahan itu bukan penghambat tujuannya. Jika dia telah belajar dari kesalahannya, maka dia akan mampu menguranginya sedikit demi sedikit sehingga mampu mncapai tujuannya.
·         Memenuhi kebutuhan mereka akan penghargaan dan memuji semua usahanya selama masih dalam koridor tujuannya.
·         Menggugah mereka dengan kesuksesan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
·         Menghindarkan mereka dari rasa gagal dan kecewa, dan tidak mengukurnya dengan kekurangan dan kegagalannya. Kita sederhanakan jalannya untuk mereka dan mudahkan kesuksesan serta membantunya untuk melihat kesalahan-kesalahan bahwa hal itu merupakan satu langkah untuk mencapai tujuan.
·         Mengarahkan anak puber kepada pola-pola pergaulan sosial yang baik dalam setiap posisi yang bermcam-macam dan kesempatan yang berbeda-beda, sehingga dia tidak menjadi pengecut untuk berpartisipasi secara sosial.
·         Menggugahnya bahwa dia adalah sosok yang selalu disukai dalam pekerjaan dan mampu belajar dari sedikit kesalahnnya.

2.    Menaklukan Kekhawatiran masa kanak-kanak
Sebagian anak puber masih hidup dalam bayang-bayang masa kanak-kanaknya dan tidak mau keluar darinya, sehingga pertumbuhan mereka menjadi lambat. Oleh karena itu harus dihilangkan kekhawatiran ini, misalnya.
·         Khayalan-khayalan tentang materi dan melamun (daydream)
·         Ketakutan akan kegelapan atau dari anjing dan kucing.
·         Perkelahian dan pemukulan di saat marah.
·         Berteriak dan tidak memperhatikan orang lain.
·         Memaksakan diri dengan apa yang diinginkannya dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.

3.    Lelucon dan Humor.
Kadang-kadang humor yang sepintas saat dia sedang emosi, menjadi obat penawarbagi kegelisahan jiwa yang menyertai krisis yang vvariatif. Anak laki-laki yang belajar untuk melihat sisi-sisi kebahagiaan dalam hidupnya dan menhgetahuinya dengan baik serta menikmatinya. Akan sangat mudah untuk menjaduh dari hal-hal yang menghambat pertumbuhan dan akan dapat menaklukan problem dan kesedihannya.
Rasa humor pada intinya merupakan emosi yang bertujuan untuk meringankan kegelisahan jiwa yang menyertai kesedihan, kebosanan, dan krisis-krisi yang variatif, sehingga dapat membuat seseorang menjadi melayang tinggi dan nyaman. Biasanya diakhiri dengan ketenangan, keseimbangan dan kenyamanan.

4Melatih Anak-anak Untuk Menikmati Keindahan dan Kesenian Serta Meningkatkan Bakat.
Diharuskan melatih anak-anak puber untuk menikmati keindahan dan kesenian. Anak muda yang perasaannya tergugah dan kesenian. Anak muda yang perasaannya tergugah akan tahu dan merespon secar fitrah keindahan alam dan menghargainya, dia akan memuji Tuhan yang menciptakan keindahan ini sehingga kematangan perasaan dan fitrahnya akan cepat meningkat. Tuhan itu indah dan mencintai keindahan.
Latihan untuk menikmati keindahan dimulai dari kanak-kanak dan pada tingkat-tingkat periode pengajaran, baik keindahan melalui pandangan, seperti pada alam, atau keindahan melalui pendengaran, keindahan budi bahasa, atau juga dalam mengatur penampilan dan kerapian juga keindahan pada kesederhanaan sesuatu beserta keseimbangannya. Aktivitas ini akan mengambil separuh waktu anak puber dan pikirannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan mengisi waktu kosongnya. Apalagi jika dia mengerjakan kesenian pada waktu kosong. Kesenian yang dapat dilakukan antara lain : menggambat, fotografi, musik, puisi, dan sastra.

5.    Melatih Fleksibilitas dan Menahan Emosi
orang yang berakal adalah orang yang tahu bagaimana menghadapi badai dahsyat dengan tenang dan bijaksana, fleksibel dan mudah, serta menahan emosinya sehingga mampu melampauinya. Oleh karena itu, melatih untuk menahan emosi merupakan unsur-unsur pertumbuhan emosi yang benar.
Sedangkan orang yang dingin dan keras, atau wataknya kering akan cepat pecah.

6.    Membiasakan Mereka Berani
Anak muda yang pengecut tidak bisa menjalani hidup dengan baik. Karena sifat pengecut bisa mendorong dia untuk berbohong agar terhindar untuk berhadapan dengan orang lain. Begitu juga seorang pengecut akan menjadi remeh dalam memandang dirinya sendiri, dia akan menerima hinaan dan tidak mampu kecuali melakukan tipu daya dan fitnah, supaya selalu jauh dari serangan. Sebaiknya, anak puber dilatih untuk berani mengatakan yang benar walaupun terhadap dirinya sedniri, berani berpikir, mengkritik, dan meminta haknya walaupun sedikit danb kalau dia sudah menunaikan kewajibannya. Seorang puber juga harus paham perbedaan yang tipis antara keberanian dengan gegabah, dan antara keberanian dengan kebodohan, sehingga dia bisa berbuuat arif dan bijaksana dalam setiap posisi.

7.    Membiasakan Mereka Untuk Mau Berbuat Baik dan Berkorban
Kematangan emosi memiliki ciri, yaitu mampu membuatnya mencintai orang lain, juga bahwa anak muda yang baik selalu mencintai kebaikan untuk semua manusia dan menemukan kenikmatan dalam memberikan hal itu kepada orang lain serta melindungi mereka dari kejahatan walau dia sendiri tertimpa bencanya.
Khashâhah, artinya kemiskinan dan kesusahan, karena manusia berbuat baik untuk orang lain dalam dirinya. Dan di saat dia berkorban dengan apa yang mereka butuhkan, maka dirinya akan mencapai derajat yang tinggi dan merasakan nilai-nilai kebaikan. Contoh yang paling baik tentang pengorbanan, adalah ketika beberapa kaum muslimun yang terluka parah pada salah satu perang, di saat salah seorang di antara mereka didatangi dengan satu kantong air, dia berkata “berikanini kepada orang yang disampingku, karena ia lebih butuh daripada aki,” kemudian air itu diberikan ke orang tersebut, tapi orang itu juga mengatakan hal yang sama, demikian seterusnya sampai orang yang terakhir. Akhirnya air itu kembali lagi ke awal sampai semuanya meninggal dalam keadaan berbuat baik untuk yang lain.

8.    Pengalaman Pribadi Pendidik dan Miliu Pendidikan
Poin ini adalah asas dalam menjaga pertumbuhan emosi anak puber. Maka dari itu, pembicaraan mengenai hal ini selalu saja diulang-ulang, kita di sini tidak bisa kecuali harus meletakkan sekumpulan saran dan arahan untuk para pendidik seputar cara dab metode mereka dalam mengajar dan menjaga lingkungan baru, selain rumah dan ketentramannya.
                “kedua orangtua melihat adanya bahaya pada lingkungan yang menekan dan mengekang emosi, karena tidak adanya kemampuan untuk menyikapinya, sehingga mereka memaksa anak puber untuk menyembunyikannya ketimbang dilatih untuk menghadapi dan memahaminya serta mengekspresikannya dalam batasan-batasan tertentu.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman